7 Hikmah Menghadap Kiblat. Dikutip dari buku Rahasia-Rahasia Ibadah karya Syaikh Ali Ahmad al-Jurjawi, hikmah menghadap kiblat dalam melaksanakan salat meliputi tujuh hal.
Pertama, Hikmah menghadap kiblat dimaksudkan untuk menghidupkan sunnah Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail. Sebab, berkat mereka berdua bangunan Ka’bah bisa terwujud. Menghadap Ka’bah jelas akan mengingatkan kita akan jasa-jasa mereka berdua.
Kedua, seorang Muslim yang menghadapkan dirinya ke Ka’bah. Kemudian hal itu diikuti oleh gerakan seluruh tubuhnya yang juga diorientasikan pada satu titik. Akibatnya, akan tertanam rasa khidmat di dalam dirinya dan imam yang kokoh akan tertancap di dalam hatinya. Ia tak akan terpalingkan dari pintu rahmat-Nya. Ia tak akan terjerumus rasa khidmat ke dalam lembah kebimbangan dan keraguan. Ia hanya melihat cahaya petunjuk dengan mata hatinya. Inilah makna firman Allah : Sesungguhnya aku menghadapkan diriku pada Tuhan Yang telah menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar; dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang termasuk akan menyekutukan Tuhan (QS 6:79). Tentang hal ini, diriwayatkan pula dalam sebuah hadis Nabi saw. yang berbunyi, “Jika seorang hamba mendirikan salat, maka nafsu, wajah, dan hatinya hanya menghadap Allah. Ia akan dikembalikan dalam keadaan suci seperti ketika ibunya melahirkannya.”
Ketiga, ketetapan dan kejelasan waktu dan tempat merupakan kecenderungan alami bagi seorang manusia ketika ingin menunaikan suatu keajaiban. Sekiranya salat dilakukan di sembarang waktu dan tempat, tentunya hal itu akan mengacaukan kegiatan rutin beribadah maupun aktivitas mencari nafkah. Hal ini disebabkan tidak adanya ketentuan waktu yang reguler. Ini sama artinya dengan seseorang yang tidak dapat memiliki arah dalam menunaikan suatu kegiatan ibadah, Hatinya akan selalu berpindah dari satu arah ke arah lain sehingga tidak bisa melakukan kewajiban itu dengan ikhlas. Akibatnya, ia tidak berhak mendapatkan pahala karena tidak menunaikan ibadah itu sesuai dengan ketentuan yang ada. Allah menjadikan kiblat agar kita mengetahui ke mana harus menghadap dan kita tidak tergolong orang-orang yang bingung dalam menentukan arah. Adanya arah yang pasti menghilangkan rasa bingung dan sangsi tentang apa yang harus kita pilih. Menghadap kiblat merupakan perintah-Nya dan sekaligus menentukan diterima atau tidaknya amal ibadah yang kita kerjakan.
Keempat, adanya kesamaan umat Islam baik yang berada di belahan Timur dan Barat dalam menghadap kiblat merupakan faktor kebahagian di dunia dan akhirat. Sebab, dalam diri mereka tertanam rasa persaudaraan dan kasih sayang, sehingga niat mereka disatukan dan pandangan mereka diarahkan ke kiblat yang sama, yakni Ka’bah. Sekalipun mereka berada ditempat yang jauh, di belahan Timurmaupun Barat, Ka’bah tetap menjadi titik pusat yang menyatukan hati setiap manusia di seluruh penjuru dunia. Cinta dan jalinan rasa persaudaraan ini merupakan anugerah agung yang diberikan Allah kepada hamba-hamba-Nya. Untuk menguatkan segi-segi keimanan semua hamba-Nya itu, Allah menegaskan: …Dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu bermusuh-musuhan. Allah mempersatukan hati kalian dan menjadikan kalian bersaudara karena nikmat Allah,… (QS 3:103).
Kelima, seseorang yang ingin menunjukkan keikhlasan dalam beribadah melalui simbol-simbol tertentu yang bersifat inderawi dan dapar dilihat kebanyakan manusia memilih tempat tertentu untuk menunaikan Ka’bah dengan kesigapan seluruh anggota tubuh dan hati yang tulus, bisa dikatakan bahwa ia telah memenuhi kewajiban yang diperintahkan dan sekaligus menunjukkan keikhlasannya. Menghadapkan diri ke suatu tempat jelas akan menghilangkan keraguan dan kesangsian, sehingga ia bisa khusyuk menunaikan kewajiban salat dibandingkan bila ia tidak menetapkan suatu arah tertentu.
Keenam, seorang yang menghadap kiblat setelah mendengar seruan azan berarti segera menegaskan ketaatannya kepada nabi saw. yang juga sekaligus merupakan tanda ketaatan kepada Allah. Juga, kiblat yang agung itu adalah tempata Nabi saw. tumbuh dan berkembang. Karenanya, dengan menghadap ke kiblat, kaum Muslim telah memuliakan junjungan mereka. Memang, Ka’bah adalat tempat paling mulia di dunia ini.
Ketujuh, menghadap kiblat akan mengingatkan umat Islam untuk mencintai Allah melalui Rasul-Nya, Muhammad saw. Pada awalnya, beliau berpandangan bahwa menghadap ke Ka’bah lebih baik daripada menghadap ke Baitul Maqdis. Beliau kemudian menengadahkan wajah ke langit untuk memohon restu-Nya. Allah kemudian mengabulkan permintaan beliau karena rasa cinta-Nya kepada beliau. Allah berfirman: Sungguh Kami (sering) melihat wajahmu menengadah ke langit. Maka, sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang engkau sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja engaku berada, palingkanlah wajahmu ke arahnya. (QS 2:144).