Cinta Dunia Menurut Pandangan Islam
Kecintaan seseorang akan kelezatan dan kenikmatan duniawiyah secara berlebihan, melebihi dari apa yang sebenarnya dibutuhkan untuk memuaskan tubuh dan jiwanya dapatlah itu disebut cinta dunia.
Cinta dunia tidak terbatas pada suka kesenangan material semata, tetapi juga yang termasuk ke dalamnya adalah kesukaan akan popularitas.
Menurut pandangan agama kita Islam, hubbuddunya atau cinta dunia termasuk dalam katagori perbuatan-perbuatan tercela dan keji.
Kenapa cinta dunia dipandang perbuatan tercela dan keji?
Karena timbulnya sifat hubbuddunya tidak lain karena ketamakan dan kerakusan dan juga adanya perasaan ketakutan dari kemiskinan.
Sungguh ironis memang, pada zaman sekarang kita hidup ini, sadar dan tidak sadar kita menilai segala sesuatu hanya dipandang dari aspek materialnya saja. Kebendaannya saja.
Lihatlah! Betapa banyak dari kita yang lebih memprioritaskan orang-orang kaya dalam segala bidang kehidupan. Uang adalah segala-galanya. Kata orang, ada uang abang sayang, tiada uang abang ditendang.
Ada juga syair Arab yang mengatakan:
“Jika hartaku sedikit berkuranglah sahabatku, dan jika banyak
Maka bagiku semua orang menjadi keluarga dan sahabat.”
Kata-kata dalam syair ini tepat sekali menggambarkan watak dari sebagian besar manusia dari dulu hingga (lebih-lebih) masa sekarang.
Tidak ada satu hal lain pun yang membuat manusia menderita dan merasa hina selain kemiskinan. Tidak heran kalau kemudian orang takut akan kemiskinan. Ketahuilah, takut miskin merupakan tipu daya setan yang halus untuk memalingkan manusia dari mengingat Tuhan dan akherat.
Firman Allah dalam Al-Quran surat Al-Baqoroh, ayat 268:
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir)..”
Penyakit takut miskin ini akan mendorong orang sanggup menipu dalam perdagangan, korupsi, menyelewengkan amanat, merampok, mencuri, menodong, berbuat riba, dan lain-lain.
Mereka akhirnya menjadi tamak dan rakus dengan kemegahan dunia. Mereka mengambil sebanyak-banyaknya dari kelezatan dunia itu, seakan-akan tidak ingat bahwa ada akhir dari kehiudupan.
Kecintaan akan kemegahan dunia telah melalaikannya dari kemegahan dan kelezatan yang hakiki, yaitu kelezatan di akhirat kelak.
Jangan terlena oleh buaian dunia, sehingga lalai menyiapkan bekal akhirat.
Jangan terpengaruh oleh kesibukan budak-budak duniawi, sehingga lupa tempat kembali.
Perhatikan firman Allah berikut :
“Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir berlalu lalang (lancar dan maju dalam perusahaan mereka) di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah jahannam; dan jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.” (Ali-Imron : 196-197).
Bolehkah orang mencari harta dunia?
Tentu saja boleh, bahkan harus kita mencari rizki atau harta yang halal di atas dunia ini untuk kemaslahatan hidup dan di tujukan semata-mata untuk menyokong ibadah kepada Allah S.W.T.
Allah tidak melarang untuk meminta karunia kepada-Nya, asal karunia itu didapatkan dengan jalan yang baik, halal, dan kemudian dinafkahkan ke jalan yang baik pula dan diridloi Allah, serta tidak dilupakan oleh karunia itu akan kehidupan akhiratnya.
Rasulullah S.A.W bersabda, “Barangsiapa niatnya untuk akhirat, maka Allah akan mengumpulkan keinginannya, menjadikan kekayaan dalam hatinya, serta dunia datang kepadanya menyerahkan diri.
Dan barangsiapa niatnya untuk dunia maka Allah akan memecahkan urusannya, dan menjadikan kemiskinan di muka matanya, dan dia tidak akan memperoleh dunia, kecuali apa yang telah ditetapkan baginya.
Barangsiapa bangun di waktu pagi dengan hati sedih akan urusan dunianya, maka seolah-olah ia tidak rela akan kehendak Allah.”
Intinya. Gunakanlah kehidupan di dunia untuk kebahagian di akhirat nanti. Pergunakanlah masa muda untuk berbakti, sebelum datang masa tua yang membuatmu tidak berdaya. Sehat sebelum sakit, dan kaya sebelum mati.
Cara Menghilangkan Penyakit Cinta Dunia
Untuk menghilangkan penyakit cinta dunia ini, maka laksanakanlah dan amalkanlah tiga perkara berikut :
1. Jangan terpengaruh oleh gemerlapan dan tipu daya dunia.
Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah: “….Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu…” (Q.S. Luqman: 33).
2. Cintailah Allah dan Rasul-Nya di atas segala-galanya.
Dan firman-Nya: “Katakanlah, jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (Ali-Imron: 31).
3. Perbanyaklah mengingat mati.
Firman Allah: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Ali-Imron : 185).
Dari Rasulullah S.A.W. bersabda, “Perbanyaklah ingat mati!”
Jika kita mau memperhatikan dan mengamalkan semua itu, maka tidaklah akan mudah bagi kita untuk terpengaruh oleh kegemerlapan dunia, dan tidak nanti kita akan berbuat sekehendak hati.
Dengan memperbanyak mengingat mati, kita akhirnya takut berbuat maksiat.
Kita maksudkan di sini, bukanlah kita meninggalkan dunia sama sekali. Tapi kita ambil bagian kita dari karunia Allah di bumi ini, tapi jangan sampai melalaikan kita kepada persiapan bekal untuk menuju akhirat kelak.
Kalau mampu, lebih baik menyedikitkan dunia dan memperbanyak persiapan ke akhirat. Tidak boleh sebaliknya.
Tapi tentu saja kemampuan dalam meninggalkan dunia sesuai maqam (tingkatan) masing-masing dari hamba Allah. Ada yang mampu melakukannya karena karunia Allah (mis. para ulama yang zuhud), ada yang mampu di pertengahannya, dan ada yang tidak mampu karena masih terperdaya oleh keelokan dunia.
Berat dan pahit memang. Kerena itulah, barangsiapa mampu meninggalkannya (dunia) karena mengharapkan keridloan Allah, maka ia akan mendapatkan ganjaran seperti ganjaran (pahala) para syuhada’.
Minimal cara yang dapat kita lakukan adalah menyedikitkan makan, dan benci akan pujian manusia, sebab orang yang suka dipuji itu berarti ia cinta dunia dan segala kenikmatannya.