Ikatlah Jiwa dengan Kendali
Wahai saudaraku, ikatlah jiwa dengan kendali, jauhkan hati dari dosa, dan bacalah lembar pelajaran dengan lisan pemahaman! Wahai pengabai ajal dan pengedepan angan, wahai pemberani dalam berbuat jahat! Sadarlah , wahai pelelap!
Betapa banyak tahun yang kausia-siakan. Seluruh mimpi
yang tak nyata. Tua, tetapo akalmu seperti anak kecil. Tidakkah kau mengerti,
penakluk nafsulah pemberani sejati. Kelalaian telah memuncak dan bencana semakin
dekat. Inna lillah wa inna raji’un.
Suatu ketika Nabi Isa a.s. melewati sebuah kampung
dan mendapati semua penduduknya mati berserakan di tanah. Ia terkejut lalu
berkata, “Wahai para hawari, mereka mati dalam kondisi marah dan murka.
Seandainya mereka mati dalam keadaan rida kepada Allah, tentu mereka saling
menguburkan.”
Para hawari bertanya, “Wahai Ruhullah, kami ingin mengetahui kabar
dan keadaan mereka.” Nabi Isa a.s. lalu berdoa kepada Allah Swt. dan mendapat
wahyu: “Bila malam telah tiba, panggillah mereka! Mereka akan menjawab
panggillanmu.”
Kala malam tiba, Nabi Isa a.s. naik ke sebuah
tempat tinggi dan berseru, “Wahai penduduk kampung!” Ternyata seseorang di
antara mereka menjawab, “Ya, kami terima panggilanmu, wahai Ruhullah.” Isa a.s.
bertanya, “Bagaimana kabar kalian.” Orang itu menjawab, “Wahai Ruhullah,
sebelumnya kami baik-baik saja, namun kemudian kami mendapat
bencana.”
“Bagaimana bisa terjadi?”
“Kami terlalu cinta dunia, taat kepada ahli
maksiat, tidak memerintahkan kebaikan , dan tidak mencegah
kemungkaran.”
“Bagaimana cinta kalian terhadap dunia?”
“Seperti anak kecil yang mencinta ibunya. Jika sang
ibu datang, anak sangat gembira, dan jika pergi, ia sedih dan
menangis.”
“Wahai fulan, mengapa yang lain tidak memenuhi
panggilanku?”
“Mereka diikat dengan kekang neraka oleh para
malaikat yang keras dan kasar.”
“Lalu, bagaimana engkau bisa memenuhi
panggilanku?”
“Aku tidak termasuk di antara mereka tetapi berada
di tengah-tengah mereka. Ketika azab menimpa mereka, aku pun ikut tertimpa.
Sekarang aku tergantung di tepi jurang neraka. Aku tidak tahu apakah akan
selamat atau jatuh.”
Semoga Allah Swt. melindungi kita dari
neraka.
Wahai penghabis umur dengan melanggar batas,
tangisilah musibah yang menimpamu! Bisa jadi engkau tertolak. Wahai yang usianya
telah berlalu-sementara masa lalu tidak kembali, sejumlah nasihat sebagai
petunjuk telah kau terima, uban sudah memberitahumu bahwa engkau akan mati, dan
lisan pelajaran menyeru, “Wahai manusia, engkau betul-betul bersusah payah
menuju Tuhan.”
Ketika masa hubungan dan keridaan telah lewat
engkau
meminta yang sudah berlalu kembali
Bukankah sudah Kudatangi dan Kutawarkan
jalinan?
Uban putihmu pun begitu terang dari berbagai
sisi.
Wahai saudaraku, inilah saatnya kembali, meminta
ampun, dan meninggalkan dosa.
“Barangsiapa mencapai usia empat puluh tahun,
sementara kebaikan tidak mengalahkan keburukannya, bersiap-siaplah ke
neraka.”
Kudatangi Engkau dengan penuh harap, wahai
Tuhan
Lepaskanlah, seperti yang kau lihat, buruknya
keadaanku
Aku telah mendurhakai-Mu dengan
kebodohanku
Aibnya dosa tidak pernah terlintas dalam
benakku
Kepada siapa lagi hamba mengadu selain Engkau
Sang
Penguasa seluruh alam, Tuhanku?
Celakanya diriku! Andai saja ibu tidak melahirkanku
dan di
kegelapan malam aku tidak mendurhakai-Mu
Inilah aku, hamba-Mu yang bersalah wahai Tuhan
Yang
Mahaagung, berdiri di pintu-Mu
Jika Engkau menghukumku, wahai Tuhan azab dan
siksa
memang pantas untukku
Jika Kaumaafkan aku, ampunan-Mu sungguh
kuharapkan
Dengan maaf-Mu, menjadi baiklah buruknya
keadaanku.
Allah Swt. berfirman, “Wahai hamba-Ku, tidakkah
engkau tahu bahwa Akun menciptakan dunia sebagai tempat beban dan ujian?
Bukankah engkau tahu bahwa Aku hanya memberikan kedudukan baik dan mulia kepada
orang yang bertobat kepada-Ku dari dosa dan kesalahan?
Mengapa engkau tidak
mendatangi pintu-Ku, Tidak mengharap limpahan karunia dan pahala-Ku, serta tidak
takut akan siksa dan hukuman-Ku?”
Wahai yang begitu lalai dan alpa, perhatikanlah
kasih dan karunia Tuhan kepadamu!
Lenyapkanlah beban dosa di punggungmu dengan
tobat! Datanglah dengan hatimu kepada Yang Maha Mengetahui segala hal
tersembunyi!
Cucilah wajahmu dengan linangan air mata!
Pakailah busana
kerendahan dan ketundukan!
Kulakukan berbagai dosa hingga memenuhi
kehinaan
Air mataku pun mengalir dengan begitu
derasnya
Aku mengecam hati yang telah sadar
Kepada siapa hamba akan mengadu bila tidak
kepada
Tuannya, Sang Penguasa seluruh hamba?
Kemurahan-Mu, wahai Pemelihara arasy, tentu lebih
utama.
Artikel sebelumnnya: Wahai saudara-saudaraku yang lalai.