Pandangan Raja Romawi Heraclius Tentang Nabi Saw
Abu Sufyan menuturkan, "Ketika aku bersama kafilah orang-orang Quraysi dan Syam, salah seorang utusan Raja Heraclius datang menemui. Ia mengundang kami untuk datang ke istananya. Setelah kami sampai di sana, telah hadir di sekeliling raja, para pembesar Romawi yang lain. Raja lalu memanggil seorang penerjemah seraya berkata, 'Siapakah di antara kalian yang paling dekat nasabnya dengan laki-laki yang konon mengaku sebagai nabi itu?'
Abu Sufyan menjawab, 'Sayalah yang paling dekat nasabnya dengan laki-laki itu.'
'Dekatkanlah ia padaku dan dekatkan pula rombongan di belakangnya.' Melalui penerjemahnya, Raja berkata, 'Katakan kepada mereka, aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan tentang laki-laki itu. Seandainya ia berdusta, maka kalian semua telah berdusta kepadaku.'
Demi Allah, tidak ada rasa khawatir sedikit pun seandainya aku berbohong padanya saat itu. Aku bisa melakukannya kalau mau. Pertanyaan pertama sang raja kepadaku adalah:
'Bagaimana hubungan nasab keturunannya dengan kalian?'
'Ia berasal dari keturunan bangsa kami.'
'Pernahkah sebelumnya seseorang mengatakan apa yang dikatakannya itu?'
'Belum'
'Apakah di antara keluarganya ada yang menjadi raja?'
'Tidak.'
'Siapakah para pengikutnya? Apakah dari golongan terhormat ataukah kaum lemah di antara mereka?'
'Kebanyakan kaum lemah'.
'Apakah para pengikutnya bertambah atau berkurang?'
'Terus bertambah.'
'Apakah di antara para pengikutnya ada yang merasa menyesal setelah memeluk ajarannya?'
' Sama sekali tidak ada yang menyesal.'
'Menurut kalian, mungkinkah ia berdusta dalam setiap ucapannya?'
'Tidak.'
'Apakah ia melanggar janjinya?'
'Tidak, justru selama bergaul dengannya, kami belum pernah mendapatkannya mengkhianati janji. Saya rasa, inilah jawaban yang harus saya kemukakan ikhwal kejujurannya.'
'Pernahkah kalian mencoba membunuhnya?'
'Ya!'
'Bagaimana upaya kalian dalam memeranginya?'
'Kami dengan dia saling memerangi. Ia dan para pengikutnya mengajak kami, tetapi kami memeranginya.'
'Apa ajaran yang ia serukan?'
'Ia berkata kepada kami, "Sembahlah Allah dan janganlah kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun! Tinggalkanlah kebiasaan menyembah segala sesembahan nenek moyang kalian." Ia juga menyuruh kami shalat, bersikap jujur, pemaaf, dan menyambung tali persaudaraan.'
Raja kemudian berkata melalui penerjemahnya, 'Katakan kepadanya, ketika aku berkata kepadamu tentang keturunannya, kalian menjawab bahwa ia berasal dari kalangan kalian. Demikianlah, para rasul selalu diutus dari nasab kaumnya sendiri.
Saat aku menanyakan apakah ada salah seorang di antara kalian yang membawa ajaran ini sebelumnya, kalian menjawab tidak. Menurut pendapatku, sekiranya sudah ada seseorang yang pernah berkata seperti yang ia katakan, berarti ia hanya meniru dan mengulang ucapan orang lain.
Aku lalu bertanya apakah di antara keluarganya ada yang pernah menjadi raja, kalian menjawab tidak. Sekiranya di antara keluarganya ada yang menjadi raja, ia hanyalah orang yang ingin menguasai kerajaan dan dinasti keluarganya.
Aku menanyakan apakah ia berdusta dalam setiap ucapannya, kalian pun menjawab tidak. Sungguh, setiap utusan Tuhan itu tidak akan berani berbohong kepada orang-orang, apalagi kepada Allah.
Aku menanyakan apakah pengikutnya orang kaya atau orang miskin, kalian menjawab orang-orang miskin. Begitu pulalah kebanyakan pengkut para rasul sebelumnya.
Aku menanyakan apakah pengikutnya terus bertambah atau berkurang, kalian menjawab malah semakin bertambah. Itulah watak kesempurnaan iman.
Aku bertanya apakah ada di antara para pengikutnya ada yang menyesal setelah memeluk ajarannya, kalian menjawab tidak. Itulah keimanan yang sudah terpusat dalam hati.
Aku menanyakan apakah ia sering melanggar janji, kalian menjawab tidak. Begitulah, seorang rasul tidak ada yang berkhianat.
Saat aku bertanya tentang ajaran yang ia serukan, kalian menjawab bahwa ia menyeru agar kalian menyembah Allah dan tidak menyekutykan-Nya dengan sesuatu pun, mencegah kalian dari menyembah berhala, menyuruh shalat, bersikap jujur, dan pemaaf. Sekiranya apa yang kalian katakan tentang dirinya benar adanya, maka ia kelak menguasai tempat di mana aku berpijak kini.
Seandainya kalian tahu, aku benar-benar ingin segera bertemu dengannya. Seandainya aku berada di sampingnya, aku pasti akan mencuci kedua kakinya!'"
Agaknya sang raja telah menyaksikan kejujuran Nabi saw., perilakunya yang terpercaya, dan kelembutan pribadinya sejak beliau masih kecil. Hal ini diperoleh dari cerita seorang musuh bebuyutan sang raja yang paling keras menentang Nabi saw., Harits dari Bani 'Abd ad-Dar.
Ia pernah berkata kepada sang raja, "Muhammad telah berada di ambang pintumu. Ia adalah seorang bocah yang akan mendatangi daerah kekuasaanmu. Ucapannya jujur dan paling terpercaya di kalangan umatnya. Bila kalian melihat kedua pelipisnya bercahaya dan menemukan kalian dengan menunjukkan bukti-bukti kebenaran yang ia bawa, kalian pasti mengatakan bahwa ia adalah penyihir. Padahal demi Tuhan, ia bukanlah seorang penyihir!"
Itulah kejujuran Nabi saw. yang dilahirkan pada hari Senin, diutus menjadi nabi pada hari senin, meninggal pada hari Senin, berhijrah dari Makkah ke Madinah pada hari Senin, meninggal pada hari Senin. Pada hari itu pula beliau diangkat oleh masyarakat Makkah untuk memimpin proses pemindahan Hajar Aswad.
Beliau dilahirkan pada bulan Rabi' al-Awwal, berhijrah pada bulan yang sama, dan meninggal pada bulan itu juga. Semoga kesejahteraan dan keselamatan senantiasa dilimpahkan kepada beliau.
Keterangan tentang khasiat shalawat di atas:
Barang siapa tertimpa cobaan, bacalah selawat di atas sampai puas, tanpa dihitung banyaknya. Dengan begitu, ia akan mendapat jalan yang sebaik-baiknya untuk menghadapi cobaan itu. Demikian keterangan yang terdapat pada buku Kesaktian Selawat Nabi, penyusun TGH. Husnuddu'at.
Demikianlah pandang Raja Romawi Heraclius tentang nabi kita Nabi Muhammad saw., semoga cerita sahih ini dapat semakin menebalkan kenyakinan kita kepada Allah SWT dan kebenaran sang utusan - Al Amin.
Artikel lainnya: Mengikuti Jejak Rasulullah Bukti Keimanan.
Sumber :
Terdapat pada buku Rahasia-Rahasia Ibadah oleh Syaikh Ali Ahmad al-Jurjawi.