Yang Seharusnya Dilakukan Oleh Orang Sakit. Orang-orang yang sedang ditimpa suatu penyakit terkadang
seringkali mengeluarkan kata-kata yang tidak sepantasnya untuk diucapkan,
lebih-lebih jika orang itu memiliki sakit berat yang memayahkan. Memang, karena
rasa sakit yang dideritanya tersebut sering membuat orang tidak sadar dirinya
telah berkata demikian, tetapi setidaknya itu menandakan bahwa orang tersebut
berlaku tidak sabar dalam menerima cobaan yang diberikan Allah kepadanya.
Yang Dilakukan Orang Sakit. Yang saya maksudkan dengan perkataan-perkataan yang tidak
sepantasnya adalah setiap perkataan yang mengandung makna keluh kesah, kekesalan
dan kemarahan, kebencian, putus asa dan su’udzon kepada Allah swt. Menganggap
Allah tidak berlaku adil disebabkan Allah memberi penyakit kepadanya bukan
kepada orang lain yang dianggap lebih berdosa dari dia. Termasuk perkataan yang
tidak pantas adalah seperti perkataan: “Apa salahku sehingga aku ditimpa
penyakit ini?”
Juga yang tidak pantas untuk diucapkan dan diharapkan adalah
mengharapkan segera didatangkan kematian baginya karena sudah tidak tahan lagi
sama penderitaannya. Imam An-Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar menghukumi makruh
hukumnya bagi orang yang mengaharapkan kematiannya. Dalam kitab tersebut beliau
mengutip hadis Nabi sebagai berikut.
Dari Anas r.a., ia berkata, Nabi saw. bersabda: “Janganlah
sekali-kali salah seorang dari kalian mengangan-angankan kematian karena ada
kesusahan yang menimpa. Akan tetapi, jika juga harus berbuat, hendaklah ia
berdoa: Allaahumma ahyinii maa kaanatil hayaatu khairal lil wa tawaffanii idzaa
kaanatil wafaatu khairal lii. (Ya Allah, panjangkan hidupku selama hidupku
membawa kebaikan bagiku dan matikan aku apabila ternyata kematian itu lebih baik
buat aku).” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Para ulama dari kalangan ashab kami dan ulama lainnya
berpendapat bahwa yang terlarang itu apabila menginginkan kematian karena
ditimpa suatu kesusahan hidup. Akan tetapi, jika mengangan-angankan kematian itu
karena memelihara agamanya akibat kerusakan zaman dan seumpamanya, tidak
terlarang baginya. Demikian kata Imam An-Nawawi rhm.
Adapun menyatakan rasa sakit tanpa ada maksud baginya untuk
berkeluh kesah dihukumi boleh oleh para ulama seperti yang terungkap dalam hadis
Abdullah bin Mas’ud r.a. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. “Aku datang
menghadap Nabi saw. sedang ia sakit panas badan, maka aku sapu badanya seraya
aku berkata: ‘Sesungguhnya engkau (ya Rasul) sangat panas badan-(mu)’. Beliau
menjawab: ‘Bahkan sebagaimana dua orang laki-laki di antara kalian itu’.”
Lalu apakah sebaiknya yang seharusnya dilakukan oleh orang yang
sakit tersebut? Untuk menjawab pertanyaan ini, baiknya kita kutip secara ringkas
keterangan dari Imam An-Nawawi (semoga rahmat dan kasih sayang Allah tercurah
untuk beliau) dalam kitabnya Al-Adzkar, sebagai berikut.
Perbuatan sunah yang harus dilakukan oleh si sakit setelah
ikhtiar berupa pengobatan yang dilakukan adalah hendaknya orang sakit tersebut
banyak berzikir, memperbanyak membaca Alquran (yang dihafal olehnya atau
dibacakan oleh orang lain sedangkan ia mendengarkannya) dan berdoa kepada Allah
SWT agar jiwanya tenang dan dimudahkan dalam menghadapi penyakitnya. Rasulullah
sendiri ketika sakit menjelang wafatnya sering membaca Surah Al-Ikhlas dan
surah-surah Mu’awwidzah (Al-Falaq dan An-Nas) yang ditiupkan pada kedua telapak
tangannya dan selanjutnya sedapat mungkin kedua telapak tangan beliau disapukan
keseluruh tubuh bagian depan mulai dari bagian kepala. Hal ini dilakukan oleh
beliau sebanyak tiga kali.
Sunah pula bagi si sakit untuk meminta kepada orang lain supaya
dicakan hadis-hadis Nabi saw. yang berkenaan dengan suatu harapan (yang
dijanjikan Allah dan Rasul-Nya), kisah-kisah orang saleh dan jejak langkah
mereka ketika menghadapi hari kematian.
Disunahkan bagi si sakit agar ia selalu mensyukuri nikmat Allah
dengan hati dan lisannya serta mengingat dengan sepenuh hati bahwa ketika itu
(berada dalam keadaan sakit yang payah) adalah saat terakhir baginya di dunia.
Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah ia menutupnya dengan memperbanyak
kebaikan, memelihara shalat, menjauhi najis sedapat mungkin, bertobat kepada
Allah dan bersegeralah ia memenuhi dan melunasi segala kewajiban yang
ditanggungnya seperti hutang, mengembalikan barang yang diambil secara zalim,
mengembalikan amanah orang, menepati janji, minta maaf kepada istrinya, orang
tuanya, anak-anaknya, pembantunya, tetangganya, teman sejawatnya, dan tiap-tiap
orang yang ada hubungannya dengan dia karena urusan muamalah, pergaulan
sehari-hari, atau lainnya.
Hal lain yang harus mendapatkan perhatian dan merupakan
kesunahan adalah hendaknya si sakit berwasiat tentang urusan anak-anaknya,
sehingga sepeninggalnya anak-anaknya itu dapat melangsungkan hidupnya dengan
baik. Jika hutangnya belum mampu dia lunasi, hendaknya ia berwasiat kepada
keluarga terdekatnya untuk melunasi semua hutangnya.
Juga disunahkan baginya untuk berwasiat kepada keluarga dan
handai tolannya agar bersabar dalam menghadapi keadaannya yang sedang sakit dan
akibat yang ditimbulkan olehnya juga berwasiatlah kepada mereka agar bersabar
pula menghadapi musibah yang disebabkan olehnya serta berwasiat agar jangan
menangisinya (secara berlebihan sampai menjerit-jerit), sebab sebagaimana sabda
Rasulullah dalam hadis sahih yaitu: “Seseorang yang telah meninggal dunia akan
disiksa oleh sebab tangisan keluarga kepadanya.”
Berwasiat pula kepada mereka agar bertindak kasih sayang kepada
orang yang ia tinggalkan seperti anak-anaknya yang masih kecil dan berbuat baik
dan hormat kepada teman-temannya yang telah berbuat baik kepadanya. Dalam hadis
sahih, Rasulullah saw., bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik kebaktian ialah
seorang yang menjaga baik hubungannya dengan keluarga yang disayangi
ayahnya.”
Disunahmuakadkan ia berwasiat kepada keluarga dan
teman-temannya supaya mereka menjauhi tradisi (kebiasaan) yang bercorak bid’ah
dalam menyelenggarakan jenazah dan berwasiat lagi agar ia selalu diiringi oleh
doa sepanjang hayat mereka.
Kemudian, apabila kematian sudah dekat datangnya (dari
tanda-tanda yang dapat dikenal dan dirasakannya sendiri) perbanyaklah menyebut
kalimat Laa ilaaha illal laah. Muhammadar rasuulul laah supaya
ucapannya yang terakhir ialah kalimat itu. Atau cukup dengan hanya menyebut Laa
ilaaha illal laah menurut jumhur ulama.
Demikianlah keterangan tentang “Yang Seharusnya
Dilakukan Oleh Orang Sakit” yang dapat admin sajikan kepada para
pembaca sekalian. Semoga berkah dan rahmat Allah selalu terlimpahkan kepada
kita. Aamiin.